PUISI RADHAR PANCA DAHANA MENJELANG PILKADA SERENTAK
Budayawan Radhar Panca Dahana, selasa, 8 Desember 2015, di studio Metro TV kembali membacakan puisi yang berjudul "Air Mata
Umara". Sebuah puisi berisi permenungan tentang Pemilu, ajang memilih Pemimpin, ajang dipilih menjadi pemimpin. Ajang menambatkan harap pada gegap gempita pesta demokrasi. Sementara itu, fakta di lapangan yang seringkali berbanding terbalik dengan hiruk-pikuk penuh janji.
PUISI AIR MATA UMARA
Menurut Radhar, seorang pemimpin terpilih itu seharusnya menangis, karena di pundaknya nasib ribuan bahkan jutaan rakyat dibebankan. Pemimpin terpilih bukannya pemenang balapan motor atau olahraga, yang sukse melibas dan mengalahkan lawan-lawannya dalam suatu kontestasi pertandingan, melainkan sedang mendapat cobaan berupa mandat, amanah yang begitu berat.
****
Untuk Para calon Pemimpin Daerah, Radhar mengingatkan, bahwa Jabatan Politik itu suatu yang mulia, adalah jalan suci, persembahan nyata bagiNYA.
Dan untuk kita, segenap rakyat yang memilih, puisi yang dibacakan Rahdar itu mengingatkan kita semua, bahwa
Pilkada esok hari adalah momen menentukan nasib kita, 5 tahun ke depan.
Dan untuk kita, segenap rakyat yang memilih, puisi yang dibacakan Rahdar itu mengingatkan kita semua, bahwa
Pilkada esok hari adalah momen menentukan nasib kita, 5 tahun ke depan.
Relakah kita menjatuhkan pilihan pada manusia yang ... asudahlah !
Sumber :
No comments:
Post a Comment